Salah satu raksasa metal asal Ujung Berung, Burgerkill, baru saja menggelar acara perayaan ulang tahun yang dikemas dalam sebuah festival; HELLSHOW dan saat sudah menjadi ‘trade mark’ mereka. Sedikit perbedaan dengan helatan Hellshow tahun-tahun sebelumnya, ada yang special dari gelaran Hellshow 2018 kali ini. Yaitu kolaborasi antara musik extrem metal Burgerkill dengan Encore Orch (orkestra) yang sekaligus menjadi tema Hellshow tahun ini; KILLCHESTRA. Momen special ini sekaligus menandai perilisan album baru mereka, Adamantine.
Seperti festival pada umumnya Hellshow bisa dibilang sebagai ajang ‘gathering’ antar band-band beraliran metal beserta turunannya dengan para metalhead. Terdapat 2 stage megah di area terpisah. Satu stage di area luar (outdoor) Sabuga dan satu lagi (main stage) di dalam Gedung Sabuga yang sekaligus menjadi menu utama Hellshow KILLCHESTRA.
Di welcoming stagearea outdoor menyuguhkan band-band cadas dari berbagai daerah dari luar Bandung yang diundang langsung oleh Burgerkill. Tercatat tidak kurang dari 12 band unjuk taring secara bergantian memanaskan area festival yang ngebut sejak pukul 10 pagi sampai jam 7 malam. Diantaranya Distempered, Sakadang Ajag, Angel of Death, Paint In Black, Suaka, Hurt Em, Kras, Taring, Trojan, Extreme Decay, Down For Life dan Forgotten.
Menjelang malam, setelah welcoming stage ditutup dengan aksi Forgotten. Puas menikmati suguhan band-band tamu, para metalhead bergerak menuju area indoor (main stage) untuk bersiap menyantap menu utama Hellshow tahun ini; HELLSHOW KILLCHESTRA!
Dalam konser anniversaryyang super megah dan mewah kali ini, Burgerkill membawakan total 17 lagu, yang dibagi dalam 3 segmen. Segmen #1 membawakan 6 lagu, Segmen #2 membawakan 6 lagu dengan format orkestra dan segmen #3 membawakan 5 lagu yang didominasi dari album terbaru mereka; Adamantine.
Konsep orkestrasi dalam segmen kedua inilah yang membawa Burgerkill ke “dimensi lain” yang belum pernah dijamah oleh band metal manapun di Indonesia, bahkan Asia. Bagi yang malam itu melihat langsung konser DCDC Hellshow Killchestra, torehan sejarah Burgerkill ini sangat layak disejajarkan dengan kolaborasi Metallica dan The San Fransisco Symphony (S&M) pada 1999 sigam.
Dari segi pertunjukan, terlepas dari eksekusi konsep kolaborasi musikal Burgerkill dan Encore Orch yang nyaris tanpa cela, alur show mengalir dengan sangat smooth! Semua pihak yang terlibat menjalankan peran masing-masing dengan sangat baik.
Secara penyelenggaraan acara, Burgerkill benar-benar ‘hit the gong’atau apalah istilahnya. Dari segi organizing, rapi jali! Segalanya terkonsep dengan matang dan dieksekusi dengan cantik. Segala hal yang berkaitan dengan kebutuhan penonton diakomodasi secara professional, mulai dari ticketing, food hall, rest area, booth merchandisesampai dengan mushala dipersiapkan secara proper. Penonton disambut dan diperlakukan selayaknya tamu kehormatan. Disini terlihat jelas, passiondan dedikasi tinggi terhadap terhadap seni adalah faktor utama.
foto
Audio Production
Salah satu aspek terpenting dalam sebuah pertunjukan musik adalah audio system. Terlebih lagi dengan moment special dan konsep HELLSHOW KILLCHESTRA kali ini, produksi audio dipersiapkan dengan matang dan didukung dengan equipment terbaik.
Area Outdoor
Di area outdoor (welcoming stage), speaker system EAW Radius yang dioperasikan oleh Spektrum (rental sound system asal Bandung), dipercaya untuk menyemburkan sound dan energi dari repertoar band-band tamu yang tampil sacara bergantian. Konfigurasi yang dipakai adalah sebagai berikut:
1 x RSX12 (+) 6 x RSX208L per sisi yang dikonfigurasi array
3 x RSX18 (sub) per sisi, ground stack.
Konfigurasi tersebut mampu meng-cover area outdoor yang kurang lebih berukuran 18m x 50m. Untuk setting dan kontrol keseluruhan sistem EAW Radius menggunakan software EAWmosaic.
Di FOH, mixing console dipercayakan kepada DiGiCo S21 yang diposisikan sekitar 30 meter di depan panggung. Digital mixing consoledengan footprintyang compactini berbasis teknologi Stealth Digital Procesing dengan chip FPGA yang sama digunakan pada konsol flagship Digico SD series. Desain dan alogritma preamp microphonedibuat menyerupai SD series dengan kemampuan sample rate 96 kHz. Sangat mumpuni untuk festival-festival seperti Hellshow kali ini.
Area Indoor
Di main stage (indoor), system audio di-treatment secara ‘serius dan mewah’. Dengan menggandeng Sumber Ria sebagai rental dan audio supplier, seluruh kebutuhan untuk mendukung konsep musikal diakomodasi dengan baik. Untuk special show kali ini, Sumber Ria menurunkan speaker system EAW ANYA sebagai main PA. Total ada 16 box ANYA yang di-split menjadi 4 spot. Spot 1 dan 2 masing-masing meng-cover area depan, dan spot 3 & 4 masing-masing meng-cover area samping panggung. Pemilihan speaker ini melalui berbagai pertimbangan untuk menyesuaikan bentuk dan tata akustik gedung.
EAW ANYA adalah speaker adaptive systemdengan type straight column array, artinya dalam pengaplikasiannya ANYA digantung lurus. Sebuah terobosan cerdas dari EAW. Dengan fitur beam-steering, kita tidak memerlukan perhitungan splay anglekarena sudah dikalkulasi dan dikerjakan oleh software berdasarkan model ruangan yang kita tentukan. Dengan kata lain kita dapat menyetir arah cakupan (coverage) suara yang kita inginkan.Interkoneksi antara masing-masing box pun hanya dengan kabel CAT6 dengan sistem DANTE.
Untuk mengakomodasi penonton di area tengah diantara kedua main PA, 4 unit Meyer Leopard dibagi menjadi 2 spot yang ditempatkan tepat di depan stage untuk memberikan audio experienceyang sama dengan penonton lain di area cakupan main speaker.
Untuk melengkapi PA systemyang ‘megah’ tersebut, Sumber Ria menurunkan 2 unit DiGiCo SD7 ditempatkan di FOH dan Monitor. SD7 adalah flagshipdari pabrikan DiGiCo yang menjadi salah satu consoleyang paling banyak diminta (top request) dalam raiders artis- artis papan atas dunia.
Photos by :
Angora Baja, Arum Primandita & Anang